Different Types Of Peace Symbol

Postingan Populer

Jumat, 17 Januari 2014

Kisah Penyanyi yang Kariernya Hancur karena "ROKOK"


Laporan Wartawan Tribunnews.com, Agung B Santoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Suara merdu tentu jadi modal utama bagi tiap penyanyi untuk mengais rezeki. Tapi bagaimana jadinya kalau pita suara sang biduan terpaksa diangkat lewat operasi bedah karena rongrongan kanker?
Nestapa inilah yang dialami penyanyi berdarah Batak, Edison Siahaan, 74 tahun. Di masa senjanya, ia selalu terngiang masa-masa mudanya sebagai penyanyi kafe yang digandrungi banyak penggemar.
Tapi kini, jangankan menyanyi,untuk berbicara saja suaranya mirip robot. Ucapannya terdengar parau, terputus-putus, dan cenderung melengking.
Masa emasnya sebagai penyanyi tinggal kenangan. "Karena rokok, saya kena kanker laring. Pita suara terpaksa diangkat lewat operasi. Saya pun kehilangan mata pencaharian sebagai penyanyi," tutur Edison di sela workshop "Suara Para Korban Rokok" di Jakarta, Sabtu {9|6|2012}.
Tak hanya kehilangan suara, leher bagian depan tengah Edison terpaksa dilubangi sebagai saluran nafas buatan.
Kala sedang pileks atau batuk, dari lubang itu pulalah keluar ingus. Lubang itu sekaligus jalan keluar masuk udara pernafasan.
"Saya stres kehilangan pita suara. Anda tahu kan, betapa orang Batak itu suka banget menyanyi?" ujarnya.
Berdasar pengalaman hidupnya, ia tak ingin orang lain mengalami nasib seperti dirinya. Kini ia aktif berkampanye anti rokok. Ia bersaksi betapa bahayanya rokok lewat kesaksian di televisi, koran dan berbicara dari seminar ke seminar.
Ia pun menyesal terlambat mengobati kanker laringnya ketika masih dalam stadium ringan.
"Waktu itu saya terus mengelak dari pengobatan medis, dan baru nuruti dokter setelah merasakan susah bernafas karena tekanan kanker laring yang menekan pita suara," kenangnya.
Dulu perokok berat, kini ia berbalik mengampanyekan anti kebal-kebul tembakau. Bersama puluhan korban-korban rokok lain, ia membentuk komunitas Perhimpunan Wicara Esofagus {PWE}.
"Cukup saya yang jadi korban," tegas lelaki yang jadi ketua di komunitas PWE tersebut.
Ia tidak hanya kehilangan pita suaranya akibat kanker laring, tapi juga fungsi hidungnya. Sekarang, Edison bernafas lewat lubang di lehernya, bukan lewat hidungnya. Saat menuturkan kesedihannya kehilangan pita suara, Edison sempat memperlihatkan lubang buatan di leher yang dia sebut sebagai jelmaan hidung barunya itu.
Tapi ketika Tribunnews hendak memotret lubang di leher yang dia tutupi dengan kain putih itu, mantan penyanyi berdarah Batak itu mendadak menolak.
"Cukup dilihat, tapi jangan dipotret," tegasnya, saat bersaksi di sela workshop "Suara Korban Rokok" yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, akhir pekan lalu.
Edison cuma satu dari puluhan orang yang terkena kanker laring sebagai akibat dari racun asap rokok. Karena pita suaranya digerogoti kanker laring, kini suaranya mirip robot, kurang jelas, dan terdengar terputus-putus.
Praktis karirnya sebagai penyanyi kafe tamat. Bukan cuma itu, suaranya yang mirip robot membuat orang lain bereaksi aneh-aneh ketika bertelepon dengan dirinya.
"Pernah saya menelepon abang saya, yang terima pembantu. Dia bilang, suaranya jangan dibikin aneh- aneh deh, kayak ibu-ibu saja. Padahal itu suara asli saya, dikiranya saya main-main, " kenangnya.
Kini Edison aktif berkampanye melawan rokok melalui Perhimpunan Wicara Esofagus (PWE). Di organisasi itu, Edison menjabat sebagai ketua, dan aktif menyuarakan bahaya rokok bagi kesehatan.

Semoga Kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita "Musisi Indonesia", jangan sampai mimpi/karier kita hancur cuman gara-gara "ROKOK".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar