Different Types Of Peace Symbol

Postingan Populer

Minggu, 12 Januari 2014

TIPS BELAJAR MENYANYI BAGI PEMULA


Bagi anda yang ingin belajar bernyanyi, nah, berikut ini ada 6 langkah praktis untuk bisa menyanyi dengan baik dan benar :
1. Teknik Pernafasan (Ini merupakan motor penggerak). Dalam bernyanyi, pernafasan itu sangat penting karena bernafas dengan baik akan sangat membantu dalam membentuk suara serta dapat memenuhi prasering atau panjang dan pendeknya suatu kumpulan nada, ada bermacam-macam olah pernafasan, yaitu :
0. Pernafasan CLAVICULAIR (dengan memakai pundak).
0. Pernafasan COSTROL (dengan dada).
0. Pernafasan DIAFRAGMA (ini yang paling baik).
*Proses atau cara melatih pernafasan yang baik dan benar :
#Pernapasan yang buruk akan mengakibatkan produksi suara yang buruk, teknik pernapasan yang tidak benar akan menghasilkan suara yang tidak berkualitas.Menghirup napas yang baik untuk menyanyi adalah menggunakan mulut dan hidung secara bersama-sama, terutama pada waktu menghirup dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. *Cara bernapas yang baik pada saat bernyanyi sebagai berikut : ~ Jangan menggunakan cara pernapasan di mana pada waktu menghirup udara, dada dan bahu terangkat, ini membuat leher menjadi tegang dan mengganggu produksi suara. ~ Padawaktu bernapas daerah sekitar lingkar perut mengembang dan pada waktu membuang napas mengempis. Pada waktu menghembuskan napas untuk memproduksi suara, otot-otot di sekitar perut mengencang dan secara konstan mendorong ke dalam (mengempis) dengan berlahan-lahan dan terus-menerus sampai kalimat lagu habis. Ini yang disebut SUPPORT dan SUSTAIN. + Tarik nafas atau hirup nafas anda dalam 8 hitungan (8 detik) : 1 2 3 4 5 6 7 8
+Tahan nafas saudara dalam 4 hitungan (4 detik) : 1 2 3 4
+ Keluarkan nafas anda dengan berdesis ( suara ular!) dalam 8 hitungan : 1 2 3 4 5 6 7 8
+Bisa juga hal itu disebut 8 4 8 karena menghirup nafas dalam 8 hitungan, menahan nafas dalam 4 hitungan dan mengeluarkan nafas dalam 8 hitungan. Lakukan latihan itu berulang-ulang, dan saat mengeluarkan nafas, desis anda bisa diganti dengan mengucapkan mo atau me atau mu, dll.
2. *Intonasi (Penguasaan Notasi). Intonasi adalah pembidik nada yan tepat atau menyanyikan nada dengan tepat. Untuk bisa memiliki intonasi yang baik, kita sebaiknya berlatih dengan alat music seperti piano atau keyboard supaya nada yang kita mainkan pasti dan terkontrol. Tapi hal ini dapat diakali jika kita tidak memiliki alat music tersebut. Kita bisa merekam suara piano tersebut di handphone kita dan kita dapat pelajari sewaktu-waktu. Contoh : Kita dapat memainkan tangga nada C kemudian D dan E secara berurutan di piano atau gitar(mungkin kita bisa minta teman kita untuk memainkannya), kemudian kita rekan di handphone. Nada yang dapat direkam mungkin adalah sebagai berikut :
+ Secara Ascending : Do Re Mi Fa Sol La Si Do dan Descending : Do Si La Sol Fa Mi Re Do atau
+Secara Ascending : Do Mi Re Fa Mi Sol Fa La Sol Si La Do Si dan dan Descending : Do La Si Sol La Fa Sol Mi Fa Re Mi Do. Anda bisa melakukan variasi lain misalnya :
+Secara Ascending : Do Re Mi Fa Re Mi Fa Sol Mi Fa Sol La Si Sol La Si Do dan Descending : Do Si La Sol Si La Sol Fa La Sol Fa Mi Sol Fa Mi Re Fa Mi Re Do
3. Irama, Birama dan Tempo. Seorang penyanyi yang baik seharusnya belajar untuk bisa menguasai bermacam-macam irama atau jenis aliran music seperti : Chaca, Pop, Waltz dan sebagainya. Dia juga harus mengetahui birama lagu, apakah 4/4, ¾ atau 2/4, dan mesti mengikuti tempo (lambat-cepat) lagu.
4. Penguasaan Artikulasi (pengucapan kata). Seorang penyanyi selain harus menguasai dan mengahfalkan syair (lirik) lagu dengan baik, juga harus mengucapkan kata-katanya dengan jelas dan tegas. Untuk membantu agar dapat memberi “jiwa” pada lagu tersebut, harus juga memahami isi dan maksud yangterkandung dalam lagu. Ada beberapa cara praktis untuk meningkatkan artikulasi anda, yaitu dengan mengucapkan vocal : A I U E O
5. Tehnik Vibrasi. Vibrasi adalah suatu bentuk suara yang bergetar dan bergelombang dalam tehnik oleh vocal, vibrasi ini merupakan tahap finishing. Fungsinya biar terdengar lebih merdu dan indah. Kalau mau tahu contoh vibrasi yaitu ketika seseorang tertawa terbahak-bahak, suara akan terdengar bergetar dan bergelombang. Kemudian dalam dunia tarik suara, bentuk dasar tersebut dikembangkan menjadi sebuah tehnik dalam bernyanyi yang disebut vibrasi.
6. Sikap Tubuh Dan Kondisi Saat Menyanyi. Selain hal-hal diatas, ada hal lain yang harus diperhatikan, yaitu sikap tubuh dalam bernyanyi, baik dalam latihanmaupun pada saat kita sedang tampil di panggung/podium. Mengapa sikap tubuh sangat berpengaruh pada sirkulasi nafas yang merupakan unsur penting dalam bernyanyi. Sikap ini harus dilatih, baik sikap duduk maupun sikap berdiri. sikap tubuh sangat mempengaruhi produksi suara seorang penyanyi baik penyanyi solo maupun penyanyi paduan suara. Pada saat menyanyi tubuh harus dalam kondisi yang rileks (bukan santai). Tubuh yang rileks dimaksudkan agar suara yang dihasilkan juga rileks dan tidak tegang. Untuk menciptakan suasana yang rileks sebelum bernyanyi diperlukan suatu relaksasi atau pelemasan tubuh dengan cara bersenam, memijat, dll. Relaksasi perlu dilakukan pada saat latihan dan juga pada setiap sebelum penampilan, apalagi pada saat berlomba. Mental yang tegang mengakibatkantubuh menjadi tegang pula, sehingga suara yang dihasilkan tidak maksimal.Posisi tubuh dalam menganyi harus mendapat perhatian. Posisi yang baik adalah berdiri dengan membagi beban yang sama pada dua kaki dan menempatkan kaki sedemikian rupa sehingga menjadi seimbang, terutama agar tubuh juga dapat ikut bergerak mengkespresikan dari lagu yang dinyanyikan. Pada posisi menyanyi sambil duduk, posisi tubuh bagian pinggang ke atas harus dalam kondisi yang sama dengan posisi tubuh bagian pinggang ke atas pada saat sedang berdiri. Posisi tubuh yang gagah sangat dibutuhkan.Ekspreasi wajah pada saat menyanyi juga sangat menentukan. Pada saat mengambil nada-nada yang tinggi perlu konsentrasi dalam menyanyikannya, maka alis dapat dinaikan, serta pipi seperti seorang yang sedang tersenyum dan jangan lupa untuk membuka mulut yang lebar sesuai dengan ketentuan yang biasa dilakukan dalam menyanyi. Pada saat menyanyi memang nampak wajah akan terlihat jelek, namun suara yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan kalau kita menyanyi hanya ingin menampilkan penampilan saja.

Melatih Suara Diafragma

 

Kualitas suara yang diperlukan seorang penyiar adalah “suara perut”, suara yang keluar dari rongga badan antara dada dan perut –dikenal dengan sebutan “suara diafragma”.

Jenis suara ini akan lebih bertenaga (powerful), bulat, terdengar jelas, dan keras tanpa harus berteriak. Untuk bisa mengeluarkan suara diafragma, kita dapat melakukan latihan ringan sebagai berikut:
  1. Ucapkan huruf vocal A, I, U, E, O dengan panjang-panjang. Contoh: tarik nafas, lalu suarakan AAAAAaaaaaaaaaaaaa… (dengan bulat), terus, sampai habis nafas. Dilanjutkan lagi untuk huruf lainnya.
  2. Suarakan AAAAaaaaaaa… dari nada rendah, lalu naik sampai AAAAaaaaaaa… nada tinggi.
  3. Ambil napas pelan-pelan. Ketika diafragma dirasa udah penuh, buang pelan-pelan. Untuk nambah power, buang nafas itu, hela dengan cara berdesis: ss… ss… ss… (putus-putus), seperti memompa isi udara keluar. Akan tampak diafragma Anda bergerak.
  4. Saat mengambil napas, bahu jangan sampai terangkat. Kalau terangkat, berarti Anda bernapas dengan paru-paru. Contoh: ketika orang sedang ambil napas mendadak karena kaget, ia akan mengambil napas dengan paru-paru, makanya, orang kaget suka megang dada.

"TEKNIK VOKAL"

Unsur-unsur Teknik Vokal


Dalam Seni Musik terdapat 2 (dua) unsur yaitu : Vocal dan Instrument.
Vocal adalah alunan nada-nada yang keluar dari suara manusia.
Instrument adalah nada-nada yang keluar dari alat musik yang digunakan.

TEKNIK VOCAL adalah : Cara memproduksi suara yang baik dan benar, sehingga suara yang keluar terdengar jelas, indah, merdu, dan nyaring.

UNSUR-UNSUR TEKNIK VOCAL :

1. Artikulasi, adalah cara pengucapan kata demi kata yang baik dan jelas.
2. Pernafasan, adalah usaha untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian disimpan, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan keperluan.
Pernafasan di bagi tiga jenis, yaitu :
- Pernafasan Dada : cocok untuk nada-nada rendah, penyanyi mudah lelah.
- Pernafasan Perut : udara cepat habis, kurang cocok digunakan dalam menyanyi, karena akan cepat lelah.
- Pernafasan Diafragma : adalah pernafasan yang paling cocok digunakan untuk menyanyi, karena udara yang digunakan akan mudah diatur pemakaiannya, mempunyai power dan stabilitas vocal yang baik.
3. Phrasering, adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar sehingga mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
4. Sikap Badan, adalah posisi badan ketika seseorang sedang nyanyi, bisa sambil duduk, atau berdiri, yang penting saluran pernafasan jangan sampai terganggu.
5. Resonansi, adalah usaha untuk memperindah suara dengan mefungsikan rongga-rongga udara yang turut bervibrasi/ bergetar disekitar mulut dan tenggorokan.
6. Vibrato, adalah usaha untuk memperindah sebuah lagu dengan cara memberi gelombang/ suara yang bergetar teratur, biasanya di terapkan di setiap akhir sebuah kalimat lagu.
7. Improvisasi, adalah usaha memperindah lagu dengan merubah/menambah sebagian melodi lagu dengan profesional, tanpa merubah melodi pokoknya.
8. Intonasi, adalah tinggi rendahnya suatu nada yang harus dijangkau dengan tepat.
Syarat-syarat terbentuknya Intonasi yang baik :
a. Pendengaran yang baik
b. Kontrol pernafasan
c. Rasa musical.

Nada, adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap detiknya.
Sifat nada ada 4 yaitu :
a. FITCH yaitu ketepatan jangkauan nada.
b. DURASI yaitu lamanya sebuah nada harus dibunyikan
c. INTENSITAS NADA yaitu keras,lembutnya nada yang harus dibunyikan.
d. TIMBRE yaitu warna suara yang berbeda tiap-tiap orang.

AMBITUS SUARA adalah luas wilayah nada yang mampu dijangkau oleh seseorang.
Seorang penyanyi professional harus mampu menjangkau nada-nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi sesuai dengan kemampuannya.

CRESCENDO adalah suara pelan berangsur-angsur keras.

DESCRESCENDO adalah suara keras berangsur-angsur pelan.

STACATO adalah suara dalam bernyanyi yang terpatah-patah.

SUARA MANUSIA DIBAGI 3 (TIGA) :

Suara Wanita Dewasa ;
a. Sopran (suara tinggi wanita)
b. Messo Sopran (suara sedang wanita)
c. Alto (suara rendah wanita)

Suara Pria Dewasa :
a. Tenor (suara tinggi pria)
b. Bariton (suara sedang pria)
c. Bas (suara rendah pria)

Suara Anak-anak :
a. Tinggi
b. Rendah.

TANGGA NADA DIATONIS adalah rangkaian 7 (tujuh) buah nada dalam satu oktaf yang mempunyai susunan tinggi nada yang teratur.

Tangga Nada Diatonis Mayor adalah Tangga Nada yang mempunyai jarak antar nadanya 1 (satu) dan ½ (setengah).

Ciri-ciri tangga nada Diatonis Mayor :
- Bersifat riang gembira
- Bersemangat
- Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada Do = C
- Mempunyai pola interval : 1 , 1 ,. ½, 1 , 1 , 1, ½
Contoh Lagu yang bertangga nada Mayor :
Maju Tak Gentar, Indonesia Raya, Hari merdeka, Halo-halo Bandung, Indonesia Jaya, Garuda Pancasila, Mars Pelajar.

Ciri-ciri Tangga nada Diatonis Minor :
- Kurang bersemangat.
- Bersifat sedih
- Biasanya diawali dan diakhiri dengan nada La = A
- Mempunyai pola interval : 1 , ½ , 1 , 1 , ½ , 1 , 1 .
Catatan : Teori ini kurang sesuai dengan musik Dangdut yang banyak berkembang di Indonesia.
Contoh Lagu yang bertangga nada Minor : Syukur, Tuhan, Gugur Bunga.

TANGGA NADA KROMATIS adalah tangga nada yang mempunyai jarak antar nadanya hanya ½ . Contoh : C – Cis – D – Dis- E – F – Fis – G – Gis – A – Ais – B

TANGGA NADA ENHARMNONIS adalah rangkaian tangga nada yang mempunyai nama dan letak yang berbeda, tetapi mempunyai tinggi nada yang sama.
Contoh : Nada Ais-Bes, Cis-Des, Gis-As, Dis-Es, Fis-Ges.

APRESIASI yaitu Totalitas kegiatan yang meliputi penglihatan, pengamatan, penilaian, dan penghargaan terhadap suatu karya seni.

BIRAMA adalah ketukan tetap yang berulang-ulang pada sebuah lagu.
Contoh birama : 2/4 , 3/4 , 4/4 , 6/8

PADUAN SUARA adalah Penyajian musik vocal yang terdiri dri 15 orang atau lebih yang memadukan berbagai warna suara menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat menampakan jiwa lagu yang dibawakan.

JENIS-JENIS PADUAN SUARA :

1. Paduan Suara UNISONO yaitu Paduan suara dengan menggunakan satu suara.
2. Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang menggunakan 2 suara manusia yang sejenis, contoh : Suara sejenis Wanita, Suara sejenis Pria, Suara sejenis anak-anak.
3. Paduan Suara 3 sejenis S - S – A, yaitu paduan suara sejenis dengan menggunakan suara Sopran 1, Sopran 2, dan Alto.
4. Paduan Suara 3 suara Campuran S – A – B, yaitu paduan suara yang menggiunakan 3 suara campuran , contoh : Sopran, Alto Bass.
5. Paduan suara 3 sejenis T- T – B, yaitu paduan suara 3 suara sejenis pria dengan suara Tenor 1, Tenor 2, Bass.
6. Paduan Suara 4 suara Campuran, yaitu paduan suara yang mengguanakan suara campuran pria dan wanita, dengan suara S – A – T – B. Sopran, Alto, Tenor, Bass.

DIRIGEN / CONDUCTOR adalah orang yang memimpin Paduan Suara.

Syarat-syarat seorang Dirigen/ Conductor yang baik :
a. memiliki sifat kepemimpinan
b. memiliki ketahanan jasmani yang tangguh
c. sebaiknya sehat jasmani dan rohani
d. simpatik
f. menguasai cara latihan yang efektif
g. memiliki daya imajinasi yang baik
h. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan bermain musik.

TANDA DINAMIK adalah tanda utuk menyatakan keras, lembutnya sebuah lagu yang dinyanyikan. Contoh-contoh Tanda Dinamik :

1. f : forte = keras
2. ff : fortissimo = sangat keras
3. fff : fortissimo assai = sekeras mungkin
4. mf : mezzo forte = setemgah keras
5. fp : forte piano = mulai dengan keras dan diikuti lembut
6. p : piano = lembut
7. pp : pianissimo = sangat lembut
8. ppp : pianissimo possibile = selembut mungkin
9. mp : mezzo piano = setengah lembut

PERUBAHAN TANDA DINAMIKA :

- Diminuendo (dim) : melembut
- Perdendosi : melembut sampai hilang
- Smorzzande : sedikit demi sedikit hilang
- Calando : mengurangi keras
- Poco a poco : sedikit demi sedikit / lambat laun
- Cresscendo : berangsur-angsur keras
- Decrsescendo : berangsur-angsur lembut

TANDA TEMPO adalah tanda yang diguakan untuk menunjukan cepat atau lambatnya sebuah lagu yang harus dinyanyikan.
A.TANDA TEMPO CEPAT
1. Allegro : cepat
2. Allegratto : agak cepat
3. Allegrissimo : lebih cepat
4. Presto : cepat sekali
5. Presstissimo : secepat-cepatnya
6. Vivase : cepat dan girang

B. TANDA TEMPO SEDANG
1. Moderato : sedang
2. Allegro moderato : cepatnya sedang
3. Andante : perlahan-lahan
4. Andantino : kurang cepat

C. TANDA TEMPO LAMBAT
1. Largo : lambat
2. Largissimo : lebih lambat
3. Largeto : agak lambat
4. Adagio : sangat lambat penuh perasaan
5. Grave : sangat lambat sedih
6. Lento : sangat lambat berhubung-hubungan.

PERMATA / CORONA adalah tanda untuk menambah hitungan menurut selera.

7 Aturan Nada Yang Mengubah Dunia


Bagi sebuah paduan suara ketertiban / aturan dalam menyanyi dan ketaatan pada sebuah partitur telah menjadi sebuah aturan main yang baku, nada-nada yang ada didalam partitur jika di diterjemahkan secara sempurna tentu akan menghasilkan bunyian & harmoni yang indah. Pada dasarnya dalam musik kita mengenal sebuah titian nada atau aturan nada yang berlaku universal. Aturan nada ini disebut Diatonis. Perkataan diatonis dipetik dari bahasa latin, Diatonicus, maksudnya nada-nada yang terdiri dari tujuh jenis bunyi yang ditulis di atas garis titi, yaitu DO - RE - MI - FA - SOL - LA - SI.
Kita mengetahui, bahasa Latin adalah bahasa Eropa yang terbilang tua. Orang Eropa mempedulikan bahasa Latin seperti kita mempedulikan bahasa Sansekerta. Karena perkataan diatonis berasal dari bahasa Eropa, sudah tentu pula aturan nada diatonis ini berasal dari bangsa Eropa.
Sebelum kita berkenalan dengan aturan nada diatonis, nenek moyang kita hanya mengenal aturan nada yang terdiri dari lima jenis bunyi. Aturan nada yang terdiri dari lima jenis bunyi ini disebut pentatonis, juga dipetik dari bahasa Latin, pentatonicus.
Orang pertama yang menemukan aturan nada diatonis ini namanya Guido Aretinus d’Arezzo. Ia seorang pastor Katolik dari mazhab Benediktus. Selain itu ia juga seorang guru. Ia lahir di Prancis pada abad kesembilan, kemudian menetap di Italia sampai akhir hayatnya.
Jasa Guido menemukan aturan nada diatonis itu menyebabkan orang lazim menyebut aturan nada ini menurut namanya, yakni aturan Guidonis atau skala Guidonis.
Adapun nada-nada diatonis ini sebutannya berasal dari rentetan kata-kata pujaan kepada Santa Ioanis, murid termuda Yesus Kristus, yang isinya memohon kepadanya, agar suara para penyanyi yang menyanyikan pujian kepada Tuhan, tetap merdu dan tidak parau.
Beginilah susunan kata-kata pujian itu;
Ut queant laxis
Renonare fibris
Mira gestorum
Famul tuorum
Sorve polluti
Labii reatum
Santa loanis
Susunan kata-kata di atas, kalau kita baca baris demi baris, dengan mengambil suku kata yang pertama, akan kita peroleh bunyi UT, RE, MI, FA, SOL, LA dan SI. Bunyi si merupakan singkatan huruf besar Santa dan loanis.
Tentu kita bertanya, nada DO datangnya dari mana? Bukankah menurut susunan kata-kata di atas, yang benar adalah UT? Ya, bunyi DO memang baru, diambil dari kata Dominus, artinya Tuhan, pengganti bunyi UT tersebut.
Demikianlah, dengan tujuh nada di atas, kita telah mengenal berjuta-juta karya musik yang telah mengubah Dunia!

Membaca NOT BALOK


Membaca not balok dewasa ini memang masih menjadi kendala utama bagi masyarakat musik Indonesia. Dalam dunia paduan suara masih banyak kelompok paduan suara yang menggunakan not angka untuk membaca sebuah partitur musik. Namun demikian dengan semakin maraknya kompetisi/festival paduan suara Internasional yang diikuti maka semakin banyak pula kelompok paduan suara yang saat ini telah mahir membaca notasi dengan menggunakan not balok.
Menjawab pertanyaan seorang pembaca blogs kami tentang solusi termudah membaca notasi not balok maka kita harus berterima kasih pada dunia internet yang memang sangat berperan besar dalam pembelajaran segala disiplin ilmu secara online, dibawah ini adalah situs yang berhubungan dengan teori musik khususnya dalam mempelajari not balok.

Teknik Berlatih Paduan Suara

Dalam dunia tarik suara kita mengenal jenis-jenis kelompok vokal seperti Duet, Trio, Kwartet, Ansambel, Paduan Suara dll. Paduan Suara sering kita saksikan pada acara-acara rutin gereja bahkan yang bersifat tahunan misalnya : Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi), Perayaan Paskah/Natal.
.
Pembinaan Paduan Suara pada umumnya bersifat temporer, artinya hanya dibentuk jika ada event yang membutuhkan dan menyewa pelatih dari luar dengan biaya yang relatif mahal. Padahal bila kita memahami trik/teknik latihan Paduan Suara sebenarnya tidak terlalu sulit dan bisa kita kerjakan sendiri. Yang penting kita bisa membuat program latihan yang baik, tentunya dengan sarana/tempat latihan yang representatif.
KLASIFIKASI PADUAN SUARA
.
Penulis megklasifikasikan Paduan Suara menjadi 3 (tiga) level, yaitu:
.
Level - 1 (Penguasaan Materi)
.
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan notasi yang tertulis pada partitur.
.
Tips :
- Nyanyikan panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur.
- Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di partitur.
- Tekankan anggota untuk menghafal syairnya.
.
Level - 2 (Interprestasi)
.
Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan interprestasi lagu yang diinginkan oleh komponis maupun aranger lagu tersebut.
.
Tips :
- Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamik pada partitur. Kalau tidak tercantum pada partitur, dinamik disesuaikan dengan makna syair atau karakter alur melody.
- Latih Artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalnya pengucapan konsonan “r”, “s”, “ng”, serta vokal a, i, u, e, o, sehingga terdengar perbedaannya.
- Perhatikan Intonasi (penekanan) suku kata yang sesuai dengan Birama lagu.
- Perhatikan Frasering (pengkalimatan) agar sesuai dengan kalimat yang benar. Ini dapat dicapai jika dilaksanakan dengan teknik pernafasan yang baik.
- Lakukan pemanasan (vokalisi) yang cukup sebelum pelaksanaan latihan dimulai agar diperoleh Timbre (warna suara) yang menyatu, sehingga tidak ada suara yang menonjol sendiri.
Level - 3 (Ekspresi)
.
Kriteria : Setelah melalui tahap level 1 dan 2, anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi dengan penghayatan dan dikeluarkan melalui ekspresi.
.
Tips :
- Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya: Lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang. - Perhatikan pada aransemen yang terdapat tanda perubahan tempo, misalnya : Accelerando, rittardando, A- tempo dll., agar dinyanyikan dengan tepat sehingga mendukung ekspresi.
- Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Tempatkan anggota pada posisi central dan banjar terluar (samping kiri/kanan), karena posisi ini mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.
.
Pembagian Kelompok Suara
.
Paduan suara umumnya terdiri dari 4 kelompok suara yaitu Sopran, Alto, Tenor dan Bass. Beberapa arransemen ada pula yang membagi Sopran, Meso, Alto, Tenor, Bariton dan Bass. Untuk mendapatkan balance yang baik, perlu pembagian yang tepat untuk masing-masing kelompok. Tips:
- Kelompokan anggota berdasarkan Range/ambitus suara, jangan paksakan penyanyi Alto bernyanyi dikelompok sopran dengan alasan karena kekurangan anggota sopran, demikian juga kelompok yang lainnya.
- Komposisi SATB (sopran, alto, tenor, bass) yang Ideal adalah 3:2:2:3., namun demikian pedoman di atas dapat berubah dengan pertimbangan potensi Power penyanyi yang ada.
Program Latihan
.
Ada peribahasa “Seberangilah sungai dari tempat yang dangkal” artinya mulailah segala sesuatu dari yang mudah dahulu. Artinya dalam membuat program latihan harus bertahap dari yang mudah dahulu.
.
Tips :
- Selesaikanlah dahulu level-1 baru kemudian mulai level-2, dst. Contoh : jangan mengajarkan materi level-2 kalau anggota belum semuanya lulus level-1, karena akan sia-sia akibat terpecahnya konsentrasi.
- Kelompok paduan suara ibarat rangkaian gerbong kereta api. Jika salah satu gerbong tersendat maka gerbong yang lain kecepatanya terpaksa ikut melambat, menyesuaikan kecepatan gerbong yang tersendat tadi. Perbaiki gerbong (baca : kelompok suara) yang lemah dahulu, baru kelompok gerbong lainnya.
- Awali latihan dengan vokalisi terlebih dahulu, sesuai dengan karakter lagu yang akan dinyanyikan. Jika lagu banyak menggunakan stacato, perbanyak vokalisi stacato, jika lagu banyak nada panjang, perbanyak vokalisi nada panjang.
- Tekankan anggota untuk membaca not, jangan menghafal not, karena kemampuan membaca sangat diperlukan dalam PS. Setelah anggota dapat menyanyikan notasi dengan benar tekankan untuk menghafal syair.
Dirigen
.
Dirigen dalam Paduan Suara sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penampilan Paduan Suara. Idealnya Dirigen Paduan Suara merangkap pelatih sejak awal program latihan dilaksanakan, agar secara emosional akan terjalin komunikasi. Namun karena keterbatasan personel di TNI AL yang bisa memimpin Paduan Suara, seringkali Dirigen ditunjuk berdasarkan senioritas, atau dari sukarelawan yang memberanikan diri karena tidak ada yang mau menjadi dirigen. Sebaiknya hal ini dihindari.
.
Tips:
- Pilihlah Dirigen yang mempunyai wawasan PS lebih daripada anggota Paduan Suara lainnya, jangan berdasarkan senioritas saja.
- Fungsi Dirigen memadukan Suara dari anggotanya sehingga menjadi satu komposisi yang padu dan harmonis. Untuk itu Dirigen harus menguasai materi dengan baik dan benar, sebelum ia memadukan (memimpin) kelompok Paduan Suaranya.
- Dirigen jangan memulai aba-aba jika belum seluruh mata anggota memperhatikan Dirigen, karena kontak mata sangat penting untuk menjalin komunikasi antara Dirigen dan anggota Paduan Suara.
.
Demikianlah secara singkat Tips berlatih Paduan Suara, semoga dapat bermanfaat.
.
“Keberhasilan adalah buah dari latihan, namun tanpa disiplin, latihan tidak menghasilkan apa-apa”.

DASAR – DASAR DALAM BERNYANYI

Kali ini saya mau menjelaskan kepada teman-teman yang ingin mengetahui apa itu vocal dan bagaimana cara melatih suara yang benar. Semua disini meliput dasar-dasarnya suara serta apa aja yang dinilai dari suara seorang penyanyi. Cerita ini saya kutip dari pelajaran yang pernah saya dapatkan dan juga berdasarkan pendapat dari para musisi yang berpengalaman.
Untuk menyajikan suara yang indah dalam bernyanyi, sebelumnya kita harus tahu beberapa tahapan yang harus dilatih, dibina, dan diasah secara teratur serta memerlukan disiplin yang tinggi, yaitu :
A. PERNAPASAN
B. MEMBENTUK SUARA
C. RESONANSI ( Menggemakan suara )
D. VOCAL & KONSONAN
E. INTONASI ( Menyanyikan nada dengan tepat )
F. ARTIKULASI ( Pengucapan yang benar & Jelas )
G. FRASERING ( Menyanyikan kalimat dengan utuh )
H. INTERPRETASI & EKSPRESI ( Memahami & Menjiwai nyanyian )
Tahapan yang diatas akan tersaji dalan satu kegiatan yaitu PENAMPILAN atau PEMENTASAN

PERNAPASAN
Ini adalah bagian utama dan terpenting dalam sebuah latihan vocal. Kalian tahu kenapa..? Karena nafas adalah penggerak utama dari suara. Kuatnya nafas dapat menimbulkan dan menciptakan getaran sebagai sumber dari pada “ Bunyi “. Dan nafas juga sebagai Vitamin yang paling ampuh untuk menyehatkan suara. Makanya pernafasan harus dilatih dengan baik dan teliti.
Dalam bernyanyi, kita mengenal 3 ( tiga ) jenis pernafasan. Masing – masing mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
1. Pernafasan Bahu
Yaitu pada saat mengambil / menarik nafas, dilakukan dengan mengangkat bahu untuk mengisi paru-paru. Cara seperti ini tidak begitu baik, karena nafas yang dihasilkan dangkal dan mengakibatkan kalimat jadi terputus-putus.
2. Pernafasan Dada
Yaitu dengan membusungkan dada pada saat menarik nafas untuk mengisi paru-paru. Cara seperti ini juga tidak begitu baik, karena jadi terkesan cepat lelah dan akibatnya suara jadi tidak stabil dan terputus-putus.

3. Pernapasan Diafragma

Lazim kita sebut dengan pernafasan rongga perut. Yaitu menarik / mengambil nafas untuk mengisi paru-paru dengan mengembangkan rongga perut atau diafragma, serta mengembangkan tulang rusuk. Cara inilah yang terbaik yang dilakukan untuk bernyanyi, karena akan menghasilkan nafas yang panjang, ringan, santai dan produksi suara lebih bermutu.
Dengan pernafasan diafargma penyanyi dapat leluasa dalam berekspresi karena tidak ada tekanan dan desakan dalam pernafasan.
GIMANA CARNYA MELATIH PERNAFASAN DALAM BERNYANYI?
Cape’ neh ngetiknya.. Gini aja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih pernafasan ini, khususnya melatih “DIAFRAGMA” penyanyi, antara lain:

a. Dengan berdiri santai, badan lurus, sambil meletakkan ujung jempol jari di ujung tulang rusuk terbawah. Tariklah nafas melalui hidung dengan cara perlahan atau dengan cepat, dan rasakan bahwa jempol kamu tadi terdorong kesebelah luar, sebagai reaksi dari melonggarnya tulang iga.
Jika telah terasa penuh, kemudian nafas tadi dikeluarkan dalam bentuk senandung vocal “a” atau konsonan “s” ataupun dengan hitungan. Yang jelas bukan dengan cara mendorong, tapi mengeluarkan nafas sehemat mungkin.
Lakukan minimal 20x setiap hari atau setiap ada kesempatan buat latihan. Ini akan membuat otot-otot perut kamu menjadi semakin kokoh dan kuat.
b. Dengan posisi tidur terlentang lurus dan kedua tangan diletakkan sejajar dengan tubuh. Letakkan beberapabenda seperti buku diatas perut sebagai beban dan tariklah nafasseperti bagian “a” diatas serta rasakan bahwa beban diatas perut terangkat keatas, juga rasakan tulang rusuk ikut mendorongnya.
Jika telah terasa penuh, keluarkan lagi seperti yang “a” tadi dan lakukan minimal 20x sehari ato tambahan kapan aja kamu punya waktu buat latihan.
Latihan ini bisa membuat otot perut menjadi kokoh serta kita pun jadi santai untuk mengucapkan kalimat. Selain itu juga dapat merubah kebiasaan bernafas yang dilakukan dengan mengangkat bahu atau membusungkan dada.
Ada juga cara buat nguatin otot perut yaitu dengan tertawa terbahak bahak , sampai terasa klo perut tergoncang goncang. Tapi klo latihan ini harus dilakukan dengan sangat hati hati, karena nanti bisa dibilang orang gila (hehehe)
Pengambilan nafas pada saat memulai lagu atau awal kalimat lagu dapat dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dengan santai. Namun jika pada saat bernyanyi atau ditengah lagu sebaiknya dilakukan dengan singkat atau dengan mendengkus, seperti kita nyium aroma yang harum atau aroma makanan ( Hmmm Jadi laper neh.. ).
Pada pernafasan yang demikian, kita hanya mengembangkan pernafasan “alami” yang kita miliki, akan tetapi jika pernafasan alami “naik turunnya sama” sedangkan penyanyian itu “ menariknafas dengan cepat dan mengeluarkannya dengan sehemat mungkin” karena tujuan utama kita adalah menyelesaikan satu kalimat dalam satu tarikan nafas. Dengan demikian kalimat yang kita ucapkan /nyanyikan kedengaran indah dan bermutu, tidak tersendat-sendat.

Musik dan Perkembangannya [Zaman Renaissance]


Sebenarnya artikel ini mungkin lebih tepat diberi judul “Introduksi mengenai Musik Dunia Barat dan Perkembangannya,” sebab tema sejarah musik adalah tema yang terlalu luas. Namun lewat artikel ini saya berharap dapat memberikan sedikit insight terhadap semangat zaman, konsep-konsep, serta filsafat yang mendasari perkembangan musik Eropa dalam lima zaman yang besar. Di edisi ini kita akan membahas zaman Renaissance dan Baroque, dan di edisi berikutnya kita akan melihat zaman Klasik, Romantik, dan Modern. Zaman Renaissance (ca.1300-1600)
Seperti semua periode kultural yang lainnya, pembatasan tahun periode Renaissance bersifat tidak mutlak—suatu zaman terlalu kompleks dan rumit untuk dapat dibatasi dalam hitungan tahun. Kata renaissance berarti rebirth— diatributkan untuk periode ini oleh seorang sejarawan Perancis abad ke-19, Jules Michelet. Gerakan Renaissance bernama demikian karena gerakan ini melahirkan kembali ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari zaman Greco-Roman yang sudah begitu lama hilang dari Eropa, misalnya pemikiran dari filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, atau ahli retorika seperti Cicero atau juga Quintillianus yang tersimpan di dalam banyak teks Latin kuno di perpustakaan Ordo Monastik di Eropa, juga dari teks Latin yang diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain. Semangat zaman ini adalah apa yang sekarang disebut Humanisme, meskipun pada zaman tersebut filsafat di balik semangat itu tidak harus diartikan sebagai semangat untuk menjadikan manusia sebagai pusat segala sesuatu dan “menurunkan” Tuhan. Memang semangat gerakan ini akhirnya melahirkan Aufklärung yang jelas melawan Alkitab, tapi pada awalnya semangat Humanisme lebih dekat dan sangat dipengaruhi oleh kekristenan. Manusia bukan lagi makhluk yang kotor dan rusak belaka (seperti yang diajarkan gereja yang tidak bertanggung jawab pada zaman Dark Ages), tapi juga adalah manusia yang mempunyai dignity sebagai peta dan teladan Allah. Sayangnya keseimbangan ini tidak bertahan lama dan akhirnya terjeblos ke dignity tanpa humility, yaitu Humanisme modern. Istilah humanis sendiri dalam zaman Renaissance dimengerti sebagai orang yang mendalami suatu sistem kurikulum edukasi dalam bidang-bidang yang sudah ada sejak zaman Medieval, seperti Dialektika, Gramatika, Retorika, dan juga Musik, tapi dipelajari dalam pengertian yang digali dari apa yang disebut primary source—dalam hal ini pemikiran para filsuf Greco-Roman. Gerakan Reformasi yang terjadi di periode pertengahan-akhir zaman Renaissance sedikit banyak mendapatkan pengaruh dari pemikiran Humanisme. Martin Luther, misalnya, mendapatkan sistem edukasi humanis. Namun Luther kemudian menjadikan Alkitab sebagai primary source—lahirlah back to the Bible. Seni suatu zaman merupakan cermin semangat zaman tersebut, sebab budaya suatu zaman tertuang dari semangatnya. Misalnya, kebangkitan retorika klasik mempunyai efek yang merambat ke dalam literatur, puisi juga drama yang mengikuti bentuk retorika klasik. Kebangkitan prinsip simetri dan proporsi dari zaman Greco- Roman tercermin di dalam arsitektur Renaissance. Donato Bramante, seorang arsitek Renaissance, membangun suatu Tempietto (semacam bangunan kecil untuk memorial para martir) di gereja San Pietro di Montorio yang mengambil konsep arsitektur dari zaman Roma, Temple of Vesta. Konsep simetri dan proporsi juga mempengaruhi l u k i s a n - l u k i s a n Renaissance: para pelukis menggambarkan struktur dan proporsi manusia dengan lebih akurat; kisah yang sudah sering diketahui adalah bagaimana Michelangelo sampai meneliti mayat manusia untuk dapat mengerti anatomi manusia secara tepat sehingga lukisannya mempunyai akurasi yang sangat tepat.

roman.jpgfiesta-copy.jpg
Roman Architecture Temple of Vesta & Renaissance Architecture Tempietto San Pietro of Montorio
Bagaimana dengan musik? Kita akan membandingkan konsep dasar tentang musik ini dari pemikiran masa kini dengan zaman Renaissance. Pengertian tentang musik pada zaman Renaissance adalah pengertian yang didefinisikan melalui hubungan numeral, bukan aural seperti pada zaman ini.1 Sebagai contoh kita akan melihat interval.

Kalau not “do” dan “do tinggi” dibunyikan bersamaan, kita menilai suara itu sebagai konsonans2 karena terdengar enak. Kalau sekarang kita menyanyikan do dan re, do dan mi, do dan fa, dan seterusnya sampai do ke do tinggi kita akan menemukan 5 konsonans dan 2 disonans. Dalam zaman Renaissance, hanya ada 2 konsonans di dalam 7 kombinasi tersebut, oktaf dan fifth. Pada zaman Renaissance interval oktaf yang tadi dinilai konsonans bukan karena kualitas auralnya, tapi akan dinilai secara numeral: perbandingan frekuensi dari dua not dalam oktaf tersebut adalah 2:1, hal ini dilihat baik secara angka kalau dibandingkan dengan misalnya “do” ke “mi” yang perbandingan frekuensinya 5:4, tentunya karena 2:1 lebih bulat daripada 5:4. Relasi numeral dalam interval musik ini adalah hasil pemikiran Phytagoras yang diaplikasikan ke dalam musik. Hal ini berlanjut ke dalam teknik komposisi dalam musik Renaissance. Pada zaman Renaissance para komponis tidak menggubah berdasarkan prinsip harmoni (teknik komposisi harmoni seperti yang sekarang kita mengerti baru lahir di zaman Baroque) melainkan dengan apa yang kita sebut sebagai counterpoint3, yaitu secara singkat adalah teknik komposisi yang berfokus ke dalam relasi antara dua melodi atau lebih. Saya dulu pernah mencoba membayangkan musik di sorga sewaktu saya masih kecil (harap maklum pemikiran ini didasari konsep sorga anak-anak). Saya pikir, musik di sorga pastilah musik yang sempurna, maka pasti bukan musik dunia yang adalah melodi + iringan (harmoni).
contoh2.jpg
Mungkin, pikir saya, musik sorgawi adalah semuanya melodi, tapi semuanya berharmoni bersama-sama. Tidak ada iringan yang lebih “rendah” atau lebih “membosankan” dari melodi: semuanya melodi, sama rata, tapi juga saling melengkapi. Puji Tuhan, saya terbukti salah sehingga tidak perlu menunggu langit dan bumi yang baru untuk menikmati musik seperti demikian. Inilah musik counterpoint, bukan melodi yang diiringi oleh nada-nada yang subordinate terhadap melodi tersebut, tapi beberapa melodi yang saling berharmoni!

contoh3-copy.jpg
Musik harmoni pada umumnya digubah langsung dari mula sampai akhir, melodi dan harmoni digubah bersamaan. Musik counterpoint tidak demikian; musik jenis ini biasanya berasal dari satu melodi terlebih dahulu, yang disebut dengan cantus firmus, lalu kemudian ditambahkan melodi-melodi yang lainnya yang materi melodinya mengambil dari cantus firmus tersebut. Seperti yang bisa dilihat di gambar di atas, melodi sopran dan alto mengambil materinya dari melodi tenor, yang dalam kasus ini merupakan cantus firmus. Dietrich Bonhoeffer pernah menjelaskan prinsip kasih menggunakan konsep musik ini. Kasih kita kepada Kristus dianalogikan sebagai cantus firmus, dan kasih kita terhadap sesama manusia adalah melodi-melodi yang lain, yang dibentuk berdasarkan pola cantus firmus tersebut. Sewaktu saya membahas jenis musik ini di Melbourne, reaksi dari pemuda-pemudi yang mendengarkan musik ini pada umumnya memberikan respon yang sangat kagum dan merasa musik sejenis ini begitu indah, begitu kaya, begitu sempurna. Tapi apakah musik sejenis ini boleh kita pakai di dalam ibadah (arti luas dan arti sempit) kita? “Tentu saja. Musik ini begitu tinggi dan baik,” kata mereka. Tetapi apa meaning yang kalian dapat dari kata-kata lagu-lagu tersebut? Penulisan lagu Kyrie Eleison (Lord, have mercy) dan Gloria in Excelsis Deo (Glory to God in the highest) misalnya, karena mempunyai cantus firmus yang sama tidak terdengar terlalu berbeda, sehingga meskipun musik-musik ini terdengar begitu indah dan kaya, kita tidak begitu jelas meaning dari lagu ini, apakah sedang meminta ampun atau sedang memuji keagungan Tuhan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Musik Renaissance adalah musik yang boleh dibilang dikonstruksi secara form over function. Pada zaman tersebut terobosan-terobosan musik dalam teknik komposisi lebih memprioritaskan struktur dan konstruksi, dan belum (bukannya tidak sama sekali) memperhatikan ekspresi dan arti. Musik Renaissance bukannya berubah dari mementingkan ekspresi lalu turun derajat sehingga hanya ingin mementingkan musik. Namun apakah kita boleh memakai ini di ibadah? Tentu saja, karena kemuliaan Tuhan tidak dibatasi oleh bahasa manusia! Kalau seandainya kita hanya boleh memakai seni yang keindahannya hanya bisa dimengerti secara linguistis, maka kita tidak boleh lagi memakai gedung gereja, tidak boleh lagi menikmati alam, tidak boleh lagi bersyukur kita masih bisa bernapas, dan lain lain. Seringkali pola berpikir manusia yang sempit mengakibatkan banyak orang menilai baik tidaknya musik hanya dari teksnya, apakah Alkitabiah atau tidak, sementara musiknya sendiri adalah netral. Rick Warren dalam bukunya “Purpose Driven Churchjuga melakukan kesalahan yang sama. Di buku itu ia mengatakan, “There is no Christian music, there are only Christian lyrics.”4 Tapi siapakah kita sehingga kita berani mengatakan bahwa prinsip Firman Tuhan tidak ada di dalam keteraturan alam semesta, di dalam konstruksi tubuh manusia, dan juga dalam musik instrumental, meskipun hal hal demikian tidak secara eksplisit membawa firman Tuhan? Bukankah keteraturan pun adalah prinsip Alkitab? Prinsip komposisi cantus firmus dan counterpoint, misalnya, jelas menggunakan prinsip Alkitab: unity in diversity. Setiap suara begitu diverse dan distinct, namun mereka bersatu dan saling melengkapi dengan begitu indah. Sama seperti 66 kitab dalam Alkitab: semua begitu unik dan punya purpose yang berlainan, namun tidak ada satu hal yang berkontradiksi di dalamnya. Kita bukan modernis, yang mengatakan persatuan sebagai uniformity: semua harus sama persis. Kita juga bukan postmodernis yang anarkis dan kacau balau. Kita adalah tubuh Kristus, masing-masing unik dan berbeda, tapi bersatu untuk mengerjakan satu hal bersama-sama, yaitu kehendak Sang Kepala. Konsep dasar konstruksi inilah yang seringkali dilewatkan oleh banyak orang. Jelas kita tidak akan menggunakan musik yang liriknya tidak Alkitabiah, tapi seperti suatu buku tidak boleh dinilai dari covernya saja, demikian musik juga tidak boleh hanya dinilai dari segi fenomenanya. Dalam hal ini musik Renaissance yang memuji Tuhan sangat boleh digunakan dalam ibadah, tetapi jemaat harus dipersiapkan dan dididik untuk mengerti musik-musik tersebut.
Bersambung Zaman Baroque (ca.1600-1750)Sumber Majalah Pillar50Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia September 2007
Penulis Jethro Rachmadi Pemuda MRII Melbourne
Aufklärung: Perubahan daya tarik masyarakat secara besar-besaran dari agama ke ilmu pengetahuan itu, bukan datang begitu saja, setidaknya sejak berkembangnya pemikiran monumental Aufklärung” dari Kant di tahun 1783. Kant menyebut “Aufklärung” sebagai sebuah jalan keluar manusia dari kesalahannya sendiri yang tidak dewasa. Kritik Kant sebenarnya ditujukan untuk agama Kristen. Akan tetapi kehidupan mithos di dalam masyarakat juga menjadi korbannya. Berbagai pemikiran berbau gereja dan ketuhanan serta mithos yang tak bisa diterangkan akal sehat, jadi sasaran untuk ditinggalkan. Mereka mulai meneliti ulang pada setiap sendi kehidupan agar bisa diterangkan secara rasional. Sampai akhirnya Adorno menjuluki Aufklärung ibarat seorang diktator yang memaksakan pada rakyatnya. (rfw dari de wikipedia)

Musik dan Perkembangannya [Zaman Klasikal]


Dalam edisi yang lalu kita sudah membahas dua zaman besar yang memulai perkembangan musik Eropa, yaitu zaman Renaissance dan Baroque. Jika kita hendak menganalogikan musik dengan bahasa, musik Renaissance dapat diungkapkan sebagai building blocks suatu bahasa, yaitu gramatikanya, struktur kalimatnya, dan juga kosakatanya. Lalu musik Baroque adalah suatu cerita atau prosa yang digubah dengan memakai bahasa tersebut. Kalau yang pertama adalah means of expression, maka yang kedua adalah expression of meaning. Dalam artikel bagian kedua ini kita akan melanjutkan pembahasan kita dengan zaman Klasikal1.
Zaman Klasikal (ca.1750-1810)
Musik dalam periode ini dilatarbelakangi oleh semangat zaman yang sangat terkenal: Age of Enlightenment, yaitu gerakan yang menempatkan rasio sebagai otoritas tertinggi dalam menentukan segala sesuatu. Kita akan melihat bagaimana semangat ini mempengaruhi perkembangan musik, tapi sebelumnya kita harus melihat lebih dalam ide di balik Rasionalisme. Satu abad sebelumnya, Eropa sedang memasuki masa klimaks Humanisme. Kalau pada zaman Renaissance, pemikiran Yunani Kuno dijadikan acuan untuk berbagai ilmu, pada abad 16 dan 17 Eropa telah melahirkan orang-orang yang menemukan pemikiran dan ide orisinal, khususnya dalam bidang sains. Contoh yang mudah adalah Isaac Newton dengan rumusan gravitasi dan kalkulusnya. Perkembangan ini merupakan pengaruh dari kekristenan dalam ilmu pengetahuan. Dalam periode tersebut, meskipun tidak semua orang Eropa adalah orang percaya, Alkitab diterima secara universal sebagai kebenaran. Christopher Marlowe, pembuat drama Dr.Faustus2, dalam akhir kisahnya, ketika Faust dilempar ke neraka ia berkata demikian, “Lihat, lihatlah darah Kristus itu, satu tetes saja akan menyelamatkan jiwaku, bahkan setengah tetes, oh Tuhanku.” Marlowe, seperti tokoh Faust, adalah seorang unbeliever sampai pada akhir hidupnya namun ia mengetahui (paling tidak secara kognitif) dari mana keselamatan berasal. Pengaruh kekristenan seperti inilah yang membedakan abad ke- 17 dengan zaman Yunani Klasik yang menganggap mitologi Yunani sebagai sejarah, bukan sebagai cerita belaka. Implikasi kepercayaan akan dewa-dewa yang personifikasinya adalah fenomena-fenomena alam mengakibatkan ilmu pengetahuan tidak berkembang. Petir, misalnya, adalah suatu kuasa alam yang diasosiasikan dengan Zeus, dewa tertinggi mereka. Laut merupakan kediaman Neptune, Matahari merupakan kendaraan Apollo. Bayangkan kalau ada yang mengusulkan bahwa petir bukanlah sesuatu yang supernatural melainkan hanya proses alamiah yang lumrah; Socrates bukan hanya dihukum mati karena dituduh merusak kaum muda di kota Athena, ia juga dituduh mempunyai konsep religius yang mendobrak mitologi Yunani. Namun pada abad ke-17 Alkitablah yang diterima sebagai sejarah, sama seperti mitologi Yunani pada zaman Yunani Kuno. Dan Kitab Kejadian mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan, bukan bagian dari Sang Pencipta itu sendiri. Maka petir boleh dipelajari, laut boleh ditelaah. Tanpa pengaruh kekristenan, sains tidak akan berkembang. Perkembangan sains telah mengubah pandangan akan alam semesta, yang tadinya dianggap sebagai sesuatu yang di luar pengertian manusia telah menjadi sesuatu yang dapat dimengerti oleh rasio; kecepatan sebuah benda yang jatuh sampai dengan orbit sebuah planet telah dapat diprediksi dan dihitung. Alam semesta mulai dimengerti sebagai sesuatu yang teratur dan rasional. Pada awalnya, banyak filsuf dan pakar sains dalam periode ini bukan Atheis. Descartes menggunakan konsep “cogito, ergo sum”-nya untuk berapologetika; Newton juga mengatakan meskipun ia dapat menerangkan bagaimana planet-planet berinteraksi, hanya Tuhanlah yang dapat menciptakan keteraturan tersebut. Namun, meskipun perlahan, deduksi rasional dan buku ilmu mulai menggantikan iman dan firman Tuhan, sebab implikasi dari Rasionalisme adalah meskipun adanya Tuhan, malaikat, setan, dan dunia yang tidak terlihat tidak diragukan, pengertian ini juga menyatakan tidak ada jalan lain untuk mengetahui semua itu di luar indera manusia atau di luar rasio manusia.3 Ketika manusia berdosa mulai mendapatkan kebijaksanaan, mulailah ia melupakan siapa yang memberikan kepadanya kebijaksanaan tersebut. Hal ini tertulis di kitab Ulangan: “Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, —bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun—dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya.”4 Rasionalisme dan sains yang mendominasi pemikiran Abad Pencerahan telah membuat keteraturan, kejelasan, dan sistematika sebagai nilai estetika. Kita akan melihat contoh dari arsitektur.

door1.jpg
Jika kedua gaya ini dibandingkan, dekorasi Baroque mempunyai kompleksitas yang penuh dengan ornamentasi, bahkan yang ukurannya sampai melebihi pintunya sendiri. Sedangkan pintu Klasikal bukannya tidak didekorasi tapi desainnya jauh lebih terfokus pada simplisitas dan keteraturan. Desain seperti ini dicapai dengan memakai bentuk-bentuk yang jauh lebih mudah dimengerti; bentuk persegi lebih mudah “dicerna” otak daripada garis-garis lengkung yang kompleks misalnya. Desain Baroque juga menggunakan sebanyak mungkin variasi tema (contoh di atas mempunyai pilar, bentuk malaikat, bentuk binatang, dan lain-lain). Desain Klasikal sebaliknya hanya memilih satu jenis tema saja yaitu dedaunan.

SEJARAH JOHANN SEBASTIAN BACH (1685-1750) ORGANIS DAN PENGGUBAH BERKEBANGSAAN JERMAN SALAH SATU TOKOH PALING TERKENAL DALAM SEJARAH MUSIK


Selain tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap gereja, salah seorang tokoh yang yang terpilih adalah Johann Sebastian Bach. Beliu ini adalah seorang musisi yang sangat terkenal. Banyak sekali gubahan lagunya yang dinyanyikan oleh kelompok paduan-paduan suara terkenal.
Sumbangan-sumbangan Bach terhadap dunia musik menggabungkan banyak detail dari berbagai gaya musik Jerman, Perancis dan Italia selama bertahun-tahun terakhir era Baroque. Kemasyurannya dalam sejarah literatur organ, paduan suara, kantata dan oratorio, sangat besar hubungannya dengan liturgi Lutheran, dan karya-karyanya dikenal karena jumlah mereka yang besar serta keahlian tinggi penciptanya.Selama hampir dua abad keluarga Bach aktif dalam dunia musik. Dengan 20 orang dari garis keturunannya yang dikenal sebagai musisi, keluarga ini menyerupai sebuah dinasti musik. Johann Sebastian, dengan putra-putranya Karl Philipp Emanuel, Johann Christian dan Wilhelm Fredemann, merupakan kelompok yang paling dikenal dan muncul lebih akhir dalam sejarahnya. Karl Philipp Emanuel (1717-178 8) adalah putra ke-2 dari J.S. Bach yang dikenal melalui eksperimen-eksperimennya dengan sonata era Klasik yang pada saat itu baru mulai muncul. Johann Christian (1735-1782), putra yang ke-11, dikenal sebagai “Bach dari London” dan menulis berbagai simfoni, concerto serta musik untuk vokal dan Chamber. Wilhelm Fredemann, yang dikenal sebagai “Bach Halle”, adalah anak sulung dan menulis sebauh simfoni serta karya-karya untuk piano dan tarian.

Pada awal hidupnya J.S. Bach mempelajari, antara lain: biola dan organ. Pada tahun 1703, dia bergabung dengan orkestra milik saudara Duke of Saxe-Weimar. Posisinya sebagai organis dimulai di sebuah gereja baru di Arnstadt (1704) dan di St. Balsius’, Muhlhausen. Setelah pernikahannya dengan Maria Barbara Bach (seorang misan), Johann Sebastian pergi ke Weimar, mula-mula sebagai organis istana dan musisi kamar (mulai 170 8) dan kemudian sebagai pemimpin konser. “Periode Weimar” Bach (sampai 1717) merupakan tahap yang paling penting dalam awal kariernya sebagai seorang penggubah. Dari 1717 sampai 1732, Bach bertugas sebagai pengarah kapel dan pengurus musik kamar untuk Pangeran Leopold dari Anhalt di Cothen. “Periode Cothen” ini dikenal dengan kayanya ciptaan-ciptaan Bach untuk musik orkestra dan kamar. Dipihak lain, hasil riset juga menyatakan bahwa kebanyakan kantata Bach mungkin dimulai pada periode ini dan juga sebelumnya, di Weimar. Pada masa ini jugalah istri Bach meninggal (1720). Pernikahannya yang kedua dengan Anna Magdalena Wulken juga penting bagi dunia musk. Anna menyalin banyak bagian dari kantata-kantata Bach dan memiliki 2 buah buku, dimana terdapat masukan-masukan dalam tulisan Anna sendiri dan tulisan tangan suaminya.
Dari tahun 1732 sampai kematiannya, Bach memegang posisi sebagai pemimpin nyanyian di St. Thomas’ School, Leipzig, di mana dia juga menjadi organis dan kapell meister di St. Thomas Church dan Nicholai Church. Kehidupan Bach selama 27 tahun di Leipzig merupakan suatu masa yang ditandai karya-karya dalam jumlah agak terbatas yang dari segi komposisinya makin mendalam dan pekat. Satu contoh penting dari karya-karyanya yang kemudian, the Musical Offering, dibentuk dari sebuah tema oleh Frederick II dari Prussia yang diperoleh Bach semasa kunjungannya ke Postdam (1747), di mana dia tampil untuk sang raja. Walaupun banyakan peneliti, dulu berpendapat bahwa hampir 200 kantata ditulis selama tahun-tahun di Leipzig, penemuan-penemuan yang lebih baru menyatakan bahwa tahun-tahun ini ditandai dengan meminjamkan karya-karya yang ditulis di Cothen dan atau Weimar. Kebanyakan karya-karya baru ini, merupakan penulisan ulang karya-karya yang terdahulu (termasuk teksnya). Proses semacam disebut contrafracta. Selama di Leipzig, contrafacta ini dilakukan mungkin lima sampai enam puluh kali, karena berbagai tekanan dari rutinitas dan administrasi sehari-hari. Karya-karya akhir yang asli merupkan eksperimen-eksperimen yang mendalam dari segi sumber teknisnya dan ditandai oleh warna-warna harmonis dan selisih tekstur yang cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
KARYA-KARYA INSTRUMENTALMinat Bach terhadap keteraturan dan hubungan dalam gubahan-gubahannya merupakan bagian penting dari kesenian Baroque akhir. Banyak karyanya dipersatukan oleh prinsip :
a. makna liturgis,
b. kegunaan paduan suara,
c. struktur kunci yang over-arching, atau
d. teknik-teknik khusus seperti prelude/fugue yang berpasangan, pola tarian dan kanon atau variation cycles.Banyak karyanya dikelompokkan menurut kategori yang bersifat pendidikan atau aturan didaktik lainnya seperti suite atau seri yang diatur secara liturgis.

1. Kaya-karya yang dimaksudkan untuk menandai satu tahun gereja mencakup the Little Organ Book (dimulai di Weinar, diselesaikan di Cothen). Walaupun karya ini dirancang untuk berisikan 164 prelude paduan suara, didalammnya terdapat jangkauannya dan juga terdapat tekstur-tekstur abstrak atau material, berhubungan dengan nada-nada paduan suara, yang diungkapkan melalui gambar.
2. The Keyboard Practice (Clavierubung) dimulai dari 1731 dan merupakan sebuah koleksi penting dalam empat bagian. Karya ini berhubungan dengan sumbangan Bach bagi liturgi Lutheran dan juga gubahannya yang lebih duniawi.
3. Prelude-prelude paduan suara juga dibawa ke dalam literatur organ dengan adanya The Eighteen Gread Preludes dan the Six Schubler Chorales (yang ini merupakan transkrip bagian-bagian kantata). Bach juga membuat berbagai karya untuk koor empat suara dengan gaya kongregasional, termasuk sebuah koleksi yang terdiri dari 371 harmonisasi dan satu lagi yang terdiri dari 69 melodi dengan bass.
4. Sebuah sumbangannya yang penting bagi dunia musik adalah berbagai prelude dan fugue organ, termasuk “the Great” dalam C mayor, E minor, B minor, G minor, dan Es mayor. Beberapa karya ini mengikuti prinsip-prinsip concerto, sementara prelude dari G mayor adalah sebuah fantasi, dari fuguenya diambil dari sebuah lagu rakyat abad ke-17, “Rolandston”. The Prelude and Fugue in A Major mempunyai ciri-ciri tiruan dan implikasi pastoral dalam tekstur dan ritmenya.
5. Termasuk juga dalam karya-karya instrumental yang lain adalah berbagai suite untuk orkestra, concerto, sonata, baik yang solo maupun yang dengan iringan, serta partita dan suite untuk alat musik keyboard.
KARYA-KARYA VOCAL
J.S. Bach menulis empat mass pendek yang kebanyakan terdiri dari musik kantata dengan teks yang telah ditulis ulang. Contohnya: Mass in F menggunakan paduan suara Lutheran Litany “Christ, Thou Lamb of God” dalam “Kyrie”, sedangakan “Gloria” menggunakan bahan dari kantata dan Mass yang lainnya dalam A mayor, G minor dan G mayor, juga menggunakan teknik yang sama. Mass in B Minor adalah salah satu karya paduan suara yang paling terkenal. Karya Katolik ini dikenal karena tekstur lima suaranya dan pengulangan tema yang intergratif. Mass ini sebagian besar juga merupakan hasil meminjam dari kantata-kantata Bach, tapi bagian-bagian yang penting juga orisinil. Kantata yang ditemukan di dalamnya termasuk nomor 1,46, 12 dan 171. Kutipan Gregorian juga ada. The Passions adalah jenis karya paduan suara berskala besar yang lain dan hampir sama luasnya dengan Mass B minor tadi. Karya-karya ini dikenal sebagai Oratori Passions, karena hubungannya dengan pangaruh-pengaruh gaya opera yang tidak dilakonkan dan kehadiran seorang narator (atau penginjil. Ada dua gubahan: St. Mark’s Passion (1731) hilang, kecuali tujuh bagian yang bisa dikenal sebagai pinjaman dari karya-karya aslinya (terutama Kantata 198). Koor dan orkestra ganda ada dalam St. Mathew Passion, dimana chorus “O Sacred Head” juga digunakan 5 kali sebagai alat pemersatu. Bedanya terdapat dalam fungsi: Chorus I sebagai ke-12 murid, Chorus II bertindak sebagai pengikut-pengikut yang lain. Berbagai kombinasi digunakan untuk agenda-agenda yang melibatkan kerumunan orang atau orang-orang Kristen pada umumnya. The Christmas Oratorio adalah sebuah karya khusus (tidak berhubungan dengan passion-passion tersebut) yang terdiri dari 6 bagian, masing-masing dengan format sebuah kantata dan menggunakan sebuah koor pembukaan (atau “Symphony”) dan koor penutup dan di dalamnya diisi dengan berbagai recitative, choruse, chorale, duo dan trio. Kantata-kantata yang berbeda dinyanyikan pada ke-6 kebaktian di antaranya Natal dan Epiphany. Bach menulis kira-kira 200 kantata yang maksudnya untuk dimasukkan ke dalam tahun gereja Lutheran. Panjang kantata-kantata ini umumnya dibatasi sekitar setengah jam. Banyak teknik penulisan Bach yang paling efektif digunakan dalam karya-karya ini dan hubungan strukturnya dengan jenis-jenis musik lainnya seperti concerto atau soneta trio cukup jelas.
Ciri-cirinya, antara lain:
(1) bagian tengah yang tinggi, yang meningkatkan intensitas tekstur;
(2) bagian tenor yang pararel dengan bagian sopran;
(3) daerah-daerah tiruan dan efek-efak antiphonal;
(4) pemberian warna nada yang deskriptif atau “imitatif” dalam makna tekstualnya;
(5) aria-aria yang terdiri dari instrumen solo dan vokal yang saling mengisi (obbligato). Efeknya, kalau ditambahkan kebagian bass, adalah sebuah sonata trio. Ini semua adalah kantata, baik untuk suara solo maupun lebih dari satu suara. Beberapa kantata disebut horal Cantatas, karena melodi sebuah chorale disatukan (bersamaan dengan teksnya) ke dalam tekstur semua - atau hampir semua bagian dari satu karya utuh. Dalam karya-karya ini perubahan dalam material musik dan dijalankan secara imitatif. The free Cantatas merupakan karya-karya yang tidak ada atau sedikit hubungannya dengan musik choral. Seringkali mereka ditulis dengan karya gaya concerto untuk alat musik. Terdapat paling sedikit 32 contoh untuk jenis ini. Kantata-kantata ini secara keseluruhan menunjukkan contoh-contoh terbaik dari cara Bach mengolah gaya medium. Walaupun sejarah tidak menyatakan bahwa Bach adalah seorang penemu, kemampuannya untuk membaurkan bahan-bahan yang berbeda ke dalam berbagai struktur yang memiliki keahlian teknis dan imajinasi yang tinggi dan juga kuasa ekspresif dari hasilnya yang konsisten hingga sekarang boleh dibilang tidak tersamai.

SEJARAH "Wolfgang Amadeus Mozart"


Wolfgang Amadeus Mozart (Salzburg, 27 Januari 1756–Wina, 5 Desember 1791) adalah seorang komponis. Ia dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting dan paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya (sekitar 700 lagu) termasuk gubahan-gubahan yang secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni, musik kamar, musik piano, musik opera, dan musik paduan suara. Contoh karyanya adalah opera Don Giovanni dan Die Zauberflöte. Banyak dari karya Mozart dianggap sebagai repertoar standar konser klasik dan diakui sebagai mahakarya musik zaman klasik. Karya-karyanya diurutkan dalam katalog Köchel-Verzeichnis.

Masa Awal (1756-1772)
Rumah kelahiran Mozart yang kini menjadi museum, di Salzburg, Austria
Mozart, yang dikenal memiliki kemampuan tala mutlak (mengenal nada dengan tepat tanpa bantuan alat), mengenal musik sejak lahir. Ayahnya, Johann Georg Leopold Mozart adalah komponis penting pada jamannya, salah satu karyanya yang paling penting adalah Kindersinfonie ("Simfoni Anak-Anak"). Wolfgang adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara yang meninggal prematur. Hanya dia dan Maria Anna Mozart ("Nannerl") yang bertahan hidup sampai dewasa. Sewaktu berumur empat tahun, Mozart sudah mampu memainkan harpsichord dan melakukan improvisasi pada karya-karya musik pendahulunya. Dia bahkan menulis komposisinya yang pertama saat berumur lima tahun. Karya-karyanya antara lain adalah Violin Sonata, dan beberapa Minuet. Leopold mengumpulkan semua komposisi ini tanpa sepengetahuan anaknya. Demikian halnya dengan Nannerl, dia juga adalah pemain keyboard yang sangat handal. Leopold yang menemukan bakat kedua anaknya merasa “terpanggil” untuk memamerkan mereka ke seluruh Eropa.
Bermain piano di depan Raja Bayern
Mozart kemudian dibawa untuk bermain piano di depan raja Bayern di München. Pada bulan September 1762, Leopold mengambil cuti panjang dari jabatannya untuk mempromosikan anaknya kepada raja-raja. Mereka lalu berangkat ke Wina. Di sana Mozart bermain piano di depan Ratu Maria Theresia yang terpukau akan keahlian permainan Mozart dan Nannerl. Setelah konser ini, Mozart harus mengikuti konser yang cukup panjang selama tiga tahun yaitu Paris (1763, 1765) dan London (1764-1765). Di tempat-tempat tersebut, Mozart mengadakan konser di depan raja-raja dan juga diuji oleh mereka. Antara lain dengan mengimprovisasi tema-tema yang diberikan oleh penguji dengan mata yang ditutup selembar kain. Mozart disambut sebagai anak ajaib di segala tempat. Di London, dia juga bertemu dengan anak dari Johann Sebastian Bach, yaitu Johann Christian Bach yang sering dipanggil sebagai English Bach. Mozart memainkan piano sonata dalam empat tangan sembari duduk di pangkuan Bach.
Simfoni-simfoni dari Bach dan Carl Friedrich Abel mempengaruhi simfoni-simfoni Mozart yang pertama (K.16 & K.19), yang pada tahun 1764 & 1765. Pada 1767, Mozart menggubah beberapa piano sonata dari komponis-komonis lain dan membuatnya menjadi empat buah piano Concerto pertamanya (K.37, K.39, K.40, K.41). Pada tahun 1768, atas permintaan Kaisar Wina, Mozart menggubah Opera buffa (komik opera), La Finta Semplice (namun tak terpentaskan) dan operetta Bastien und Bastienne.
Perjalanan ke Italia
Pada tahun 1769, Mozart mengadakan perjalanan ke Italia. Hasil perjalanan ini cukup baik, Mozart sangat produktif dalam penciptaan komposisi. Dia menggubah opera Mitridati, rè di Ponto (1770) dan Lucia Silla (1772) dan keduanya mendapat sukses besar dalam pertunjukannya di Milano. Mozart juga mencipatakan banyak simfoni selama perjalanan ini, dan dipengaruhi para komponis-komponis italia seperti Sammartini. Di Bologna, Mozart juga mempelajari Kontrapung pada guru komposisi yang paling terkenal pada masa itu, Padre Martini.
Masa Salzburg (1773-1780)
Sebelum kembali dari Italia, Mozart tinggal bersama ayahnya selama sepuluh minggu di Wina, Leopold tidak ingin Mozart kembali dan bekerja menjadi “tukang” musik yang tak terlalu dihargai di Salzburg. Leopold berusaha mendapatkan jabatan untuk anaknya di Wina, namun tak berhasil. Sebenarnya, perbuatan Leopold memamerkan anak-anaknya ke seluruh Eropa tak terlalu disukai oleh Kaisar Austria.
Maestro kapel Uskup Agung Salzburg
Di Wina, Mozart mendengar karya-karya Joseph Haydn yang terbaru dan dia juga berteman dengan Michael Haydn (1737-1806), adik dari Joseph Haydn. Salah satu karya yang penting pada pada masa ini adalah K.183, Simfoni No. 25 in G Minor (1773) dan K. 201, Simfoni in A Major (1774). Pada saat yang sama di Salzburg, Uskup Segismundo meninggal dunia dan digantikan oleh Hieronymous von Colloredo yang otoriter dan enerjik. Sekembalinya dari Italia, Mozart menjabat sebagai Maestro kapel di Salzburg.
Uskup Colloredo yang tak terlalu berminat pada musik, membuat Mozart merasa kesal terutama karena sikapnya yang sering meremehkan Mozart. Untuk melupakan rasa ketidaksukaannya pada Colloredo, Mozart menjadi cukup rajin bekerja, dia mengerahkan kemampuannya untuk penciptaan berbagai komposisi. Pada ulang tahunnya yang ke-21, jumlah komposisinya sudah mencapai tiga ratus buah. Pada tahun 1777 Mozart mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Maestro dan dia memulai karirnya sebagai musisi freelance di Wina. Karya-karya pentingnya dari 1775-1777 termasuk sonata-sonata piano yang pertama, lima Violin Concerto, dan beberapa Piano Concerto, opera La jardinera gingida termasuk karya agungnya yang pertama K.271 dalam Eb Major.
Perjalanan panjang ke Paris
Mozart sekeluarga berencana untuk pergi dan berkarir di Paris. Namun Leopold yang masih terikat kontrak kerja dengan Kapel Uskup Agung Salzburg tak dapat pergi sehingga Mozart pergi ditemani ibunya. Mereka berangkat pada bulan September 1777, dan perjalanannya memakan waktu 16 bulan. Sebelum sampai di Paris, mereka singgah dan menetap selama beberapa waktu di München dan Mannheim. Di Mannheim, Mozart berteman dengan komponis Cannabich dan Holzbauer. Ia mencoba mendapatkan jabatan di sana melalui Pangeran Mannheim namun tak berhasil. Alasan utama Mozart menetap lebih lama di Mannheim adalah karena dia bertemu dan jatuh cinta kepada Aloysia Weber, seorang penyanyi sopran berusia 16 tahun. Leopold yang mengetahui hal ini menulis surat yang mengatakan bahwa Mozart harus memutuskan pilihannya sendiri, apakah dia mau hanya menjadi ‘artis jalanan yang akan dilupakan orang seiring berjalannya waktu atau menjadi seorang musisi yang terkenal, dicintai dan ditulis di berbagai buku’.
Mozart juga menemukan komposisi 6 duetti a Clavicembalo e Violino dari Joseph Schuster dan mengirimnya ke Nannerl. Dia menulis surat ke ayahnya ‘Jika aku tinggal di sini, aku juga akan membuat enam buah dalam gaya yang sama karena mereka cukup laku di sini’
Walau kecewa (dan juga karena cintanya ditolak Aloysia), Mozart meneruskan perjalananya ke Paris. Di Paris, Mozart mulai bekerja dengan memberi les-les privat, dan menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan selera orang Perancis. Mozart mendapat kesempatan untuk mementaskan karyanya oleh Concert Spirituel. Salah satu karya yang paling penting adalah K.297, Simfoni No. 31 ‘Paris’. Namun, setelah pementasan ini, tak lama ibu Mozart jatuh sakit karena demam tinggi dan meninggal pada 3 Juli 1778. Teman Mozart di Paris, seorang bangsawan bernama Grimm menuliskan surat pada Leopold bahwa tak ada masa depan bagi Mozart di Paris terutama karena adanya kontroversi antara para pendukung Gluck dan pendukung opera Italia sehingga Mozart tak diperhatikan.
Leopold kemudian berhasil mendapatkan jabatan organis di Istana Salzburg dengan gaji yang lebih tinggi daripada jabatan sebelumnya. Sebelum berangkat dari Paris, Mozart bertemu kembali dengan J.C. Bach yang sedang mementaskan Opera. Karya-karya penting selain simfoni ‘Paris’ adalah beberapa Violin Sonata termasuk K.304 Violin Sonata in E Minor, K. 299, Concerto for Flute and Harp in C Major, dan K.310, Sonata in A Minor, salah satu sonata Mozart yang memiliki suasana yang kelam karena ini diciptakan Mozart untuk ibunya yang meninggal.
Kepulangannya ke Salzburg
Mozart pulang melalui Mannheim namun orkestra Mannheim yang terkenal telah pindah ke München. Mozart lalu pergi ke München dan tinggal selama beberapa waktu dengan keluarga Weber. Di sini, Mozart mengalami patah hati karena Aloysia mendapatkan jabatan sebagai soprano dan tak mengacuhkan keberadaan Mozart.
Leopold menjadi kesal atas penundaan Mozart dan sikapnya yang kurang bertanggung jawab akan suatu jabatan penting. Dia khawatir kalau-kalau jabatan organis itu diberikan orang lain.
Mozart pulang ke Salzburg dan dia langsung mendapat jabatan sebagai organis di sana. Tugasnya antara lain bermain organ di katedral, istana, dan kapel istana, menggubah lagu pesanan, dan mengajar paduan suara anak-anak.
Tahun 1779 dan 1780 berlangsung tanpa banyak peristiwa. Karya-karya pentingnya pada masa ini termasuk K. 364, Sinfonia Concertante in Eb, Simfoni no. 32-34, beberapa Concerto, serenade, divertimento, musik gerejawi yang termasuk K. 317, Missa Coronation dan K. 339, Vesparae.
Masa München (1781-1784)
Mozart, walau mendapat jabatan penting sebagai organis masih tidak bisa akur dengan Colloredo. Pada musim panas 1780, Mozart mendapat pesanan opera Idomeneo. Mozart melihat kesempatan ini sebagai kemungkinan melepaskan diri dari Colloredo secara perlahan-lahan.
Pertunjukkan Idomeneo berlangsung sukses dan disambut hangat oleh publik. Keluarga Mozart kemudian pergi ke Ausburg untuk menghadiri perayaan karnaval dan pesta tradisional di kota tersebut. Namun tak disangka, Colloredo ternyata juga hadir dalam pesta itu. Dia memaksa Mozart untuk pergi ke Wina bersama rombongannya dan menghadiri penobatan Kaisar Joseph II.
Di Wina Mozart diperlakukan secara tidak hormat sampai-sampai berujung ke pertengkarannya dengan Colloredo. Pada 9 Mei 1781, Mozart bertengkar hebat dengan Colloredo dan meminta dirinya diberhentikan, namun ditolak. Satu bulan kemudian, Mozart dipecat secara tidak hormat. Ia pindah rumah ke keluarga Weber di Wina. Ia tidak kembali ke Salzburg.
Aloysia Weber sudah menikah dengan seorang aktor, namun Mozart terpikat oleh Constanze Weber, anak ketiga keluarga Weber. Ayahnya sama sekali tak menyetujui hubungan Mozart itu. Untuk meredakan ketegangan, Mozart pindah ke rumah sendiri pada September 1781. Pada 15 Desember 1781, Mozart mengakui hubungannya dengan Constanze. Leopold tetap tidak merestui hubungan tersebut.
Sebenarnya, Mozart tidak dapat melepaskan diri karena ibu Konstanze mengancam apabila hubungan mereka putus, Mozart harus mengganti uang kompensasi yang telah banyak dikeluarkan.
Pernikahan Mozart
Pada 4 Agustus 1782 Mozart menikahi Constanze di katedral St. Stefanus. Keesokan harinya, Mozart mendapat surat dari Leopold yang isinya merestui hubungan mereka walau surat tersebut bernada dingin. Pernikahan Mozart cukup bahagia walau mereka cukup banyak menghadapi tantangan hidup. Mozart selalu mengalami krisis uang namun dia tak pernah hidup dalam kemiskinan, dan dari enam anaknya, hanya dua yang hidup.
Mozart mencari nafkah dengan mengajar tiga atau empat murid yang kaya dan memainkan konsert-konsert di rumah bangsawan di Wina. Pada Desember 1781, Mozart tampil di Istana Kaisar dalam suatu pelombaan informal dengan Muzio Clementi. Mereka berdua membuat improvisasi secara individual dan bersama-sama memainkan sonata. Meskipun Mozart dianggap menang dalam lomba tersebut, tapi harapannya untuk mendapatkan jabatan di istana tak terpenuhi.
Pada 16 Juli 1782, Mozart menggelar opera Die entfuhrung aus dem Serail. Opera ini mendapatkan sambutan meriah dari publik. Kaisar Joseph II mengatakan pada Mozart bahwa opera tesebut memiliki “nada yang banyak sekali” dan Mozart menjawab “jumlah nada yang tepat secara persis, Baginda“. Bahkan Gluck meminta pertunjukan opera tersebut diulang.
Pada tahun yang sama, ia sering bermain secara rutin di rumah Pangeran Gottfried von Swieten. Swieten yang tertarik dengan musik Barok ternyata mempengaruhi Mozart dalam pembuatan komposisi. Mozart mengembangkan gaya kontrapung dalam musiknya.
Pada tahun 1784, Mozart bergabung menjadi anggota Freemason, suatu serikat yang mendukung ide persaudaraan di bawah Tuhan. Berkat serikat inilah Mozart dapat meminjam uang pada saat ia perlu.
Masa terakhir (1784-1791)
Puncak karier Mozart terdapat di masa 1784-1786. Mozart sangat rajin menggubah. Dia membuat duabelas Concerto dan dianggap para musikolog sebagai karyanya yang paling penting. Walau Kaisar Joseph II ikut mendengar konser Mozart, hal itu sama sekali tak membantu keuangannya. Mozart diberi jabatan sebagai pemusik istana dengan gaji yang tak terlalu besar.
Pementasan di Praha
Le Nozze di Figaro ("Pernikahan Figaro") dipentaskan pertama kali di Wina pada tahun 1786 dan meraih sukses sehingga Mozart membawanya ke Praha (ibukota Ceko) dengan kesuksesan lebih besar lagi.
Mozart menggubah beberapa karya lagi antara lain K. 505, Simfoni No. 38 in D Major ‘Prague’. Berkat kesuksean Le Nozze di Figaro, Mozart bersemangat untuk membuat opera baru antara lain Don Giovanni, sebuah komik opera. Mozart untuk pertama kali memakai trombon pada operanya, hal inilah yang mengakibatkan munculnya efek yang cukup dramatis. Pada tahun 1787, Leopold meninggal dunia dan cukup mempengaruhi karya Mozart.
Simfoni-simfoni terakhir Mozart
Simfoni-simfoni terakhir Mozart, Simfoni No. 39, 40, dan 41 ‘Jupiter’ tak diketahui secara pasti apakah mereka dipentaskan sebelum Mozart meninggal atau tidak. Pada musim semi tahun 1789, Mozart pergi ke Berlin tampil sebagai pianis di depan Pangeran Sachsen di Dresden, dia juga bermain organ di Thomaskirche di Leipzig. Dia juga memainkan konser privat di depan Friedrich Wilhelm II, di kunjungannya ke Potsdam dan Berlin. Wilhelm II memintanya membuat enam kuartet piano dan enam piano sonata yang sayangnya tak sempat terselesaikan oleh Mozart.
Kembali ke Wina dan akhir hayat Mozart
Kembali ke Wina, Mozart mementaskan operanya, Die Zauberflote ("Seruling Ajaib"). Opera ini sukses besar, libretto-nya ditulis oleh Emanuel Schikaneder (1751-1812). Setelah opera ini selesai, Mozart mendapat pesanan dari Pangeran Franz von Walsegg untuk membuat sebuah Requiem yang bermaksud menjadikan komposisi tersebut sebagai karyanya untuk mengenang istrinya yang telah meninggal. Mozart tak sempat menyelesaikan karya besar ini lalu diteruskan oleh muridnya, Franz Xaver Süssmayr. Menurut beberapa sumber, Mozart tak sanggup menyanyikan bagian Lacrimosa saat sedang memainkan lagu ini dengan teman-temannya. Dari musiknya yang kelam, Franz Beyer mengomentari, dalam album Requiem ‘Aku bisa mendengar suara Mozart, yang berbicara untuk kepentingannya sendiri, dengan keadaan yang mendesak, seperti anak kecil yang sakit dan melihat ibunya dengan penuh harapan dan ketakutan akan perpisahan’. Mozart juga mengalami takut akan kematian. Pada tanggal 5 Desember 1791, Mozart meninggal, jam satu pagi.
Sebab-musabab Mozart meninggal tak pernah tercatat dengan jelas. Para musikolog membuat beberapa dugaan kemungkinan kenapa kuburan Mozart tak diketahui letaknya.
1. Mozart diracuni Salieri yang merupakan saingannya. Ada jurnal di Eropa yang mengatakan Salieri mengakuinya sebelum ia meninggal di tempat tidurnya (1825), walau ada cerita lain yang menentang hal ini.
2. Pada pemakaman Mozart terdapat badai salju sehingga keluarganya tak bisa mengikuti pemakaman. Cerita ini dibantah oleh catatan cuaca Wina.
3. Tubuh Mozart dipindahkan ke tempat lain karena keluarganya tak membayar ongkos penguburan.

TIPS MELATIH NADA TINGGI


Perkara suara tinggi itu emang sudah bawaan range vokal masing2 orang . Range vokal standar penyanyi itu 3 oktaf.  Dari oktaf rendah sampai oktaf tertinggi berdasarkan scale masing2 (do-re-mi-fa-sol-la-si-do sampe 3 oktaf.) namun ada juga orang yg memiliki range vokal di atas 3 oktaf, bisa sampai 4, 5, bahkan 6 oktaf.

walaupun begitu, kita masih bisa melatih (meng-expand) range kita agar mampu mencapai nada tinggi:

1) lakukan pemanasan. lemaskan pita suara dengan menyanyikan bunyi "ah", "mah", "doh", atau "mi', "mei", "mah", "mow", "mu" dalam oktaf rendah maupun oktaf tinggi scale vokal kamu.

2) lakukan latihan sesering mungkin, lbh bagus kalo bisa tiap hari.. karena pita suara dapat kembali melempem/melemas jika tidak sering dilatih. tips.. lakukan latihan dengan piano atau keyboard agar nadanya lbh presisi.

3) nyanyikan satu lagu yg kira2 mampu mencapai oktaf tertinggi kamu. ulangi lagu tersebut 2 sampai 3 kali. sebaiknya dilakukan dengan santai, dan ambil napas secukupnya, dan bayangkan/konsentrasi kalo nada tinggi itu mudah kamu capai. setelah mampu menyanyikan nada tinggi tersebut dengan baik, maka latihlah suara kamu dengan lagu lain yg nada tingginya kurang lebih sama dengan lagu sebelumnya.

4) nyanyikan satu lagu yang mampu mencapai oktaf terendah kamu. ikuti cara latihan yg tertulis di nomor 3). jika menemukan kesulitan, coba nyanyikan "mah" atau "ah". setelah mampu menyanyikan nada rendah tersebut dengan baik, maka latihlah suara kamu dengan lagu lain yg nada rendahnya kurang lebih sama dengan lagu sebelumnya.

Tips selama latihan:

- Hindari mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung susu, krn zat ini akan melapisi pita suara kamu dan menyebabkan pita suara menjadi tegang. minum lah teh hangat untuk melemaskannya.

- Banyak minum air putih
- preferably minum madu+lemon anget..

- Jangan lupa pake pernafasan yg bener.. Karena ini salah satu yg bikin output suara lo jd oke..
- jangan pernah memaksakan kemampuan oktaf! ulangi pelan2, dengan napas yg cukup

- Setelah kamu berhasil mencapai suatu oktaf yg diinginkan dengan sempurna, maka otomatis oktaf tersebut akan mudah anda capai di kesempatan berikutnya

- Nikmati latihan ini. jika kamu berlatih dengan "enjoy", maka suara yg kamu hasilkan akan terdengar lebih jelas dan santai.

MELATIH VIBRA DALAM BERNYANYI


Vibra sebenernya terjadi saat kita "membunyikan" suara. ini akibat adanya kontraksi pada pita suara.

Jadi begini, ketika kita bernapas, pita suara akan terbuka dan udara akan lewat tanpa menghasilkan suara.. tapi ketika kita hendak bersuara/ menyanyi... maka pita suara akan merapat dan udara dari dalam membuat pita suara tersebut bergetar untuk menghasilkan bunyi2 tersebut.

Sebagai bukti, coba pegang jakun/ternggorokan tengah/ leher kalian untuk huruf2 seperti S, SH, F maka gak ada getaran di jakun itu.. tapi coba kalau huruf2 G, K, NG,"aaaaaah".. maka ada getaran.. itulah gimana proses asal mula vibrasi/ getaran..

Ide dari getaran tersebut diaplikasikan pada nyanyian.. berguna untuk:
1.ekspresi (secara emosi)
2. memudahkan untuk mencapai nada2 tinggi (secara teknik)

Untuk melatihnya:

1. coba relaks..
2. nyanyikan nada dengan benar dengan nada tinggi (jangan terlalu tinggi)
3. rasakan udara yang mengalir dari dalam ke luar/ pita suara
4. rasakan getarannya..
5. fokus dan coba untuk mendapatkan vibrasi tersebut pada nyanyian secara natural.. ingat.. jangan dibuat2 seperti menggerakkan bagian tenggorokan kita hingga bergerak secara berlebihan..hal ini malah akan menguras energi dan membuat suara nggak stabil/ nggak jelas tone nya
6. kalau udah terasa vibrasinya.. baru boleh gerakkan bagian dalam tenggorokan dengan seperlunya.. gak perlu berlebihan.. tergantung ekspresi dan kebutuhan lagu.
7. ingat vibrasi yang baik adalah vibrasi yang secara natural terbentuk dengan getaran yang stabil.

Jadi mesti dilatih pelan-pelan, yang penting stabil.